Senin, 18 Maret 2013

AJANG KEPEMIMPINAN, AJANG TEBAR DUIT

Kemarin, tepat hari minggu tanggal 17 maret 2013, hampir seluruh desa yang ada di Kabupatenku telah menggelar acara akbar yaitu pesta rakyat atau pemilu kades. Saking akbarnya, acara ini lebih bergengsi daripada pemilu bupati, gubernur, atau presiden sekalipun. Sebelum pagelaran pemilu berlangsung, diberbagai sudut tempat banyak orang yang berkumpul saling membicarakan perihal kandidat calon kades di masing-masing desa mereka.

Kali ini, saya ingin membahas tentang pemilu kades di desaku. Calon kades di desaku ada tiga orang. Satu diantaranya kandidat yang kini  menjabat sebagai kades sekarang ini. Beliau mencalonkan diri kembali. Beliau merasa yakin publik masih enggan melepas kepiwaiannya dalam memimpin desa. Terbukti, menurut teman saya, pernah suatu ketika ibunya yang sedang sakit secara mendadak dan cukup parah dirujuk ke RS. Pada awalnya ibunya tidak ditanggapi oleh pihak RS, karena entah  ia tidak mampu membayar biaya awal perawatan atau hal lainnya. Akhirnya dengan bantuan pak kades tersebut, pihak RS memperbolehkan ibunya rawat inap dan menjalani pengobatan.Yah begitulah keadaan pelayanan kesehatan negara kita sekarang ini. Bisa membayangkan sendiri kan bagaimana sulitnya mendapat jaminan kesehatan.

Sedangkan dua kandidat lainnya adalah calon-calon baru. Meskipun ketenarannya masih terlihat kurang di mata masyarakat, tapi mereka yakin akan lolos dan terpilih dalam pemilu kades kali ini. Mereka yakin masyarakat akan lebih memilih pemimpin yang baru, masih fresh, berdedikasi tinggi dan tentunya yang masih muda. Begitulah pendapat masing-masing kandidat. Wajarlah kalau mengunggulkan dirinya sendiri.

Bukan rahasia lagi di desaku kalau ingin menjadi dan terpilih sebagai kades, setiap kandidat harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Hal ini sudah menjadi pelombaan, tantangan, dan tuntutan sendiri bagi mereka. Mereka selalu berfikir pendek, asal ada duit, pasti orang akan memilihnya. Sungguh pemikiran yang tidak patut ditiru bagi kaum muda.

Bahkan, perilaku dan strategi mereka seperti seorang calon presiden atau ketua umum parpol besar saja. Bagaimana tidak, dengan daya kekuatan masing-masing, mereka bersaing mencari keder-kader yang dianggap orang terpandang atau penting dari setiap daerah. Lebih banyak lebih baik. Lebih murah lebih oke. Begitu harapan setiap kandidat.

Para kader juga tak bodoh. Mereka akan setia membantu pencalonan asalkan ada duit yang bergesekan dari saku calon kades. Jadi, lempar tangkap duit dari kandidat sudah bukan menjadi rahasia umum di kalangan masyarakat di desaku. Bahkan sudah terbuka dan terang-terangan. Anak kecil yang belum wajib tahu pun sudah paham dengan permainan ini.Jujur saja, saya sendiri tak menampik bila diberi sangu dari setiap kandidat. Kenapa menolak, kan saya tidak minta. Kalau urusan memilih dan terpilih, urusan nantilah.

Pagi-pagi benar, warga desa berbondong-bondong menuju balai desa. Mereka sepertinya bersemangat dengan acara pemilu kali ini. Terik yang menyengat ketika hari menginjak siang tak membuat mereka kewalahan. Raut-raut muka mereka tak banyak terbaca jelas akan memilih yang mana. Bisa mungkin, dari rumah berniat memilih si A pada akhirnya di tempat pemungutan suara memilih si B. Hanya mereka yang tahu. Hanya duitlah yang menentukan. Banyak anggota kepolisian mengantri di sana, bukan mau menyoblos atau antri sembako, tapi mereka menjalankan tugasnya menjaga keamanan dan kelancaran pemilu di desaku. Sebagian dari mereka sengaja didatangkan dari luar Kabupaten karena pihak kepolisian di daerahku masih kekurangan dan minim anggota maupun pengalaman.

Tepat pukul 12 siang, acara pemungutan suara dihentikan dengan sengaja, karena batas waktunya sampai pukul 12 siang. Saya yakin setiap calon kades deg-degan dan berharap terpilih. Para panitia berseragam merah dengan dasi hitamnya pun mengumpulkan kotak suara dan kemudian melakukan penghitungan suara. Meskipun hari telah sore, banyak warga yang tadinya berada di luar balai desa berhamburan menuju ke dalam balai desa sekedar melihat penghitungan suara. Tampaknya mereka lupa dengan kambing-kambingnya atau ayam-ayamnya yang belum diberi makan. Mungkin mereka tidak terlalu memperdulikan hal ini, yang penting mereka menjadi salah satu saksi terpilihnya calon kades pilihannya. Sedangkan ketiga kandidat calon kades pulang ke rumah masing-masing, mungkin capek atau tidak sepenuh hati mendengar panitia melakukan penghitungan suara. Acara penghitungan suara disiarkan live lewat radio. Jadi, sebagian warga mendengarkannya di rumah lewat radio.

Sekitar pukul 9 malam, penghitungan suara selesai, lalu tanpa menunggu aba-aba, ketua panitia pun mengumumkan ke para warga bahwa yang memperoleh suara terbanyak adalah kandidat nomor satu. Sudah jelas kandidat nomor satulah pemenangnya. Semua warga yang mendukung berteriak histeris, menandakan kemenangan bagi mereka seraya mengucap syukur kepada yang maha kuasa. Kader-kader bisa bernafas lega dan wajah sumringah tak bisa disembunyikan dari setiap kerut kulitnya.

Kandidat nomor satupun menandatangani surat terpilih menjadi kades, lalu diarak oleh ribuan pendukungnya menuju rumahnya. Saya yakin malam itu kandidat nomor satu tidak bisa tidur nyenyak dan merupakan malam terindah dalam sejarah hidupnya. Terlihat dari wajahnya yang penuh dengan rasa suka cita dan sekali-kali matanya memerah karena saking senangnya. Sedangkan di lain puhak, kandidat nomor dua dan tiga pasti merasakan hal yang tidak dirasakan kandidat terpilih. Sungguh ironis dan menyedihkan. Tapi saya berharap mereka meyakini bahwa setiap kompetisi itu pasti ada yang menang dan yang kalah. Sehingga dengan hati terbuka, mereka dapat menerima semua itu. Takdir Tuhan lebih mutlak dari setiap harapan baik manusia.

Begitulah sekelumit acara pemilu kades kali ini di desaku. Penuh dengan daya persaingan dan kompetensi. Tapi hasilnya penuh romantisme, dengan tanda kutip bagi yang terpilih. Dan penuh tragisme bagi yang kalah. Saya menilai dari awal, pemilu kali ini merupakan bukan ajang kepemimpinan tapi lebih kepada ajang tebar duit. Faktanya, siapa yang berani menaruh duit banyak akan menang dengan dukungan para kader-kadernya. Sayapun terlibat dalam permainan duit ini. Jujur saja saya berperan sebagai salah satu penadahnya.

Harapan dan doaku, semoga kandidat terpilih bisa mengemban amanah dan harapan warga di desaku. Bisa mengembangkan dan memajukan desa serta kepentingan warga. Bukan hanya gembor-gembot semata dan modal duit saja. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar